.

Cause I’ve never really cared, as much as this.

CHA.
3 min readJul 24, 2023

“Lo beneran marahin dia abis-abisan, ya?” tanya Jacqueline.

“Kenapa emangnya?”

“Anaknya mukanya lesu banget. Jangan galak banget, deh, gue nggak tega. Udah ya, gue mau tidur njir.”

Byantara mengangguk. Kemudian berjalan menghampiri kasur. Xavera sudah tertidur dengan posisi menghadap ke arahnya.

Byantara mengambil tissue basah yang tergeletak di meja. Ia membersihkan terlebih dahulu kedua tangannya. Kulit Xavera begitu sensitif, lelaki itu tidak ingin melihat bercak merah-merah di wajah Xavera esok pagi karena tangannya yang tidak bersih. Lantas setelahnya, Byantara ikut membaringkan diri di sebelah Xavera. Lelaki itu menggunakan tangan kanannya yang dilipat sebagai bantal kepala. Tangan kirinya mengelus lembut pipi perempuan itu.

“Nakal banget, heran,” gumannya.

Byantara berhak mendapatkan apresiasi karena berhasil menahan diri untuk tidak memeluk Xavera saat melihatnya. Padahal rasa rindu yang menyerang tidak terhitung. Akan tetapi, karena Xavera yang nakal, ia harus menahan diri.

“Kamu kalau aku nggak gini, pasti nggak akan jera. Kamu itu repot sendiri pas tremor. Tapi tetep aja dilakuin. Padahal kalau kamu nggak ngopi, kita udah cuddling dari tadi astaga.”

Ibu jari Byantara mengelus bagian kelopak mata Xavera yang tertutup. “Tatapan mata ini, kalau lagi ngelawan argumen aku, kelihatan nyebelin.”

Kemudian ibu jari Byantara turun menelusuri bagian tulang hidung Xavera. “Big Cheese, kalau aku jahilin kamu sekarang, aku cubit idungnya, masih berani ngomel nggak?”

Ibu jari Byantara berhenti di bagian bibir tipis Xavera. “Bibir ini, apa nggak capek ngebantah aku terus?”

“Sayang banget aku sama kamu,” lanjut Byantara sembari mengecup sekilas bibir Xavera. Sang pemilik menggeliat karena merasakan ada sesuatu yang mengganggunya. Perlahan perempuan itu membuka matanya.

“Am I dreaming, right now?” guman Xavera. Kedua matanya masih sayup-sayup, mencoba melihat dengan jelas.

Xavera tertawa kecil. “Damn! You are handsome, just like My Byantara. Tapi … dia lagi galak sekarang. Kayak … banteng ngamuk.”

“Galak gara-gara apa?” tanya Byantara sembari mengelus rambut Xavera.

“Aku nakal … aku minum kopi … padahal nggak boleh. Byantaranya marah besar … dia cuekin aku … menurut kamu dia maafin nggak ya,” adu Xavera yang memainkan jarinya di dada Byantara. Lelaki itu terkekeh.

“Tergantung.”

“Padahal … aku kangen banget … aku nggak bisa bobo dua hari ini …”

“Kenapa nggak bisa bobo?”

“Byantaranya aku nggak ada …” tutur Xavera sembari menekuk bibirnya.

“Masih mau minum kopi lagi setelah ini?”

Xavera menggeleng dengan cepat. “Nggak mau!”

“Kenapa nggak mau?”

“Nanti Byantara usir aku lagi.”

Xavera menaruh tangan kanannya di dada Byantara. “Sakit … di sini … nggak mau liat Byantara gitu lagi …nggak mau,” lanjutnya. Byantara menahan senyumnya. Xavera terlihat begitu lucu saat ini. Seperti anak berumur empat tahun yang mengadu karena tidak boleh membeli mainan favoritnya.

“Bobo lagi, ini belum pagi,” ucap Byantara.

“Hm … are you My Byantara?

Byantara mengangguk. “I am your Byantara.”

Xavera tersenyum, kemudian segera memeluk Byantara. Wajahnya tenggelam di dada lelaki itu. “Kalau gitu … kamu aku peluk yang erat … nggak akan aku lepasin!”

“Bobo …” ucap Byantara. Lelaki itu ikut memejamkan kedua mata. Tangannya tetap mengelus rambut Xavera dengan teratur.

Xavera merentangkan kedua tangan ke atas sembari membuka matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Perempuan itu menoleh ke samping, ia tidak menemukan raga siapa pun terbaring di sana.

“Am I really dreaming of last night?” gumannya.

Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka. Byantara berjalan ke luar. Xavera menghela napasnya lega. Ternyata semalam bukanlah sebuah mimpi. Lelaki itu benar-benar datang.

“Masih tremor, nggak?” tanya Byantara sembari mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

“Udah nggak.”

Tanpa mengucapkan apa pun lagi, Byantara keluar dari kamar. Meninggalkan Xavera yang menunduk lemas. Ternyata Byantara-nya belum luluh juga.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

No responses yet

Write a response